Friday, January 4, 2008

Minyak Tanah Semakin Langka

Minyak Tanah Semakin Langka

JAKARTA, KOMPAS - Warga di berbagai tempat di Jakarta Utara mengeluhkan kelangkaan minyak tanah. Kesulitan mendapatkan bahan bakar kerosin ini masih terjadi setiap hari hingga harganya cenderung naik menjadi Rp 6.000 per liter di tingkat pengecer. Kelangkaan itu diduga terkait kebijakan konversi ke gas dan penyimpangan distribusi ke sektor industri.
Masalah itu terungkap ketika Kompas memantau wilayah Tugu Selatan, Lagoa, Rawa Badak Utara, Rawa Badak Selatan dan Sukapura di Jakarta Utara, Jumat (4/1). Kelangkaan tidak saja terjadi di daerah yang sudah mendapat jatah tabung gas program konversi dari minyak tanah, tetapi juga di daerah yang belum tersentuh program itu.
Ny Asnawati (45), warga RT 007/RW 01 di Sukapura setelah hampir tiga jam mencari minyak tanah, akhirnya dia mendapatkan seliter saja dengan harga Rp 6.000. Kasihhati (37), ibu rumah tanggal di RT 006/RW 03 Tugu Selatan setelah mengantre di Pangkalan H Mulyono selama empat jam, pulang kosong karena tidak ada minyak tanah.
Tugu Selatan, Rawa Badak Utara, Rawa Badak Selatan dan sebagian Lagoa termasuk kelurahan yang belum mendapat pembagian tabung gas program konversi. ”Artinya pasokan minyak tanah ke wilayah kami harus tetap lancar. Sekarang malah kosong. Lalu kami kalau mau masak pake bahan bakar apa?” kata Kasihhati.
Sukapura termasuk salah satu kelurahan yang sudah dijatahi tabung gas tiga kilogram hasil konversi. ”Meski tabungnya gratis, misalnya, tapi untuk beli gas perlu Rp 12.500 per tabung. Daya beli kami hanya cukup untuk satu liter minyak tanah, yang bisa pula dibeli secara eceran dengan Rp 3.000, atau bahkan Rp 1.500,” kata Asnawati.
Anggota Komite Badan Pengatur Hilir (BPH) Minyak dan Gas (Migas) Pusat, Eri Purnomo mengatakan, kelangkaan minyak tanah itu bisa terjadi karena pengurangan pasokan oleh Pertamina. Hal itu terkait dengan upaya untuk mensukseskan program konversi minyak tanah ke gas. (CAL)

No comments: